
Kebumen, 18 Oktober 2025 – Sebagai upaya meningkatkan kapasitas kader kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi anak, tim pengabdian masyarakat dari Program Studi Kebidanan yang dibimbing oleh Dr. Siti Mutoharoh, S.ST., M.P.H. bersama Bidan Sumarni, M.Keb., menyelenggarakan kegiatan “Pelatihan Pijat Batuk Pilek pada Balita” di Aula Balai Desa Desa Tambakprogaten, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Kegiatan ini diikuti oleh 15 kader kesehatan desa.
Batuk dan pilek pada balita merupakan keluhan yang sangat umum di masyarakat. Penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang Balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun (Akseer, 2020). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 pada negara berkembang insidens infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Angka kematian ISPA mencapai 4,25 juta per tahun di dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan ISPA pada balita usia 1-5 tahun terdapat 1.988 kasus dengan prevalensi 42,91%. Sedangkan prevalensi kejadian ISPA di Jawa Tengah menurut profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 adalah sebesar 39,8%.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa masalah batuk pilek/ISPA pada balita masih tinggi dan menjadi beban yang cukup serius dalam pelayanan kesehatan anak tingkat masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih mengandalkan obat-obatan, padahal terdapat metode nonfarmakologis yang lebih aman dan mudah dilakukan, yaitu pijat batuk pilek. Melalui pijatan di titik-titik tertentu seperti dada, punggung, dan telapak kaki, sirkulasi darah serta sistem pernapasan anak dapat ditingkatkan sehingga proses pemulihan berjalan lebih cepat.
Selama ini, ibu balita sering kali hanya mengandalkan obat farmakologis untuk mengatasi batuk pilek yang dialami anaknya. Padahal, penggunaan obat farmakologis secara terus-menerus tidak selalu diperlukan, terutama pada kasus batuk pilek ringan yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengetahui dan menerapkan terapi non-farmakologis sebagai upaya pendukung penyembuhan, seperti memberikan asupan cairan yang cukup, menjaga kelembapan udara, mengatur posisi tidur anak agar lebih nyaman, serta melakukan pijat ringan atau aromaterapi yang dapat membantu meredakan gejala secara alami. Pendekatan ini tidak hanya aman, tetapi juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak secara optimal.
Kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang secara sukarela, terlatih, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap upaya kesehatan di lingkungannya. Mereka berperan sebagai ujung tombak dalam penyuluhan, pemantauan, dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa atau posyandu. Dengan memberikan pelatihan kepada kader mengenai penerapan terapi non-farmakologis untuk batuk pilek pada balita, pengetahuan tersebut dapat terus ditularkan kepada para ibu secara berkelanjutan. Hal ini akan menjamin keberlangsungan program kesehatan, memperkuat kemandirian masyarakat, serta berkontribusi terhadap peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh.
Oleh karena itu, tim pengabdian masyarakat menyelenggarakan kegiatan pelatihan pijat batuk pilek bagi kader. Pelatihan dibagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama diawali dengan pretest untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal peserta tentang penyebab, tanda-tanda, serta penanganan batuk pilek pada balita. Hasil pretest menunjukkan bahwa beberapa kader belum memahami secara mendalam teknik pijat yang benar dan manfaat fisiologisnya bagi anak.
Sesi kedua diisi dengan penyampaian materi tentang batuk pilek balita dan permasalahan lain serta terapi komplementer khususnya pijat untuk mengatasi masalah pada balita. Peserta juga mendapatkan penjelasan mengenai titik-titik pijat yang berhubungan dengan sistem pernapasan, seperti area dada dan punggung. Sesi ini berlangsung interaktif melalui diskusi dan tanya jawab.
Setelah penyampaian teori, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pijat batuk pilek oleh tim pengabdian masyarakat. Dalam sesi ini, tim memperagakan langsung teknik pijat batuk pilek menggunakan panthom bayi sambil menjelaskan urutan gerakan, titik-titik penting, serta tekanan yang aman bagi anak. Para kader tampak antusias memperhatikan setiap gerakan dan mencatat langkah-langkah yang perlu diingat sebelum praktik mandiri.
Sesi ketiga merupakan praktik langsung pijat balita. Para peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan melakukan simulasi teknik pijat dengan panduan dan koreksi langsung dari instruktur. Bidan desa turut memberikan pendampingan untuk memastikan setiap langkah dilakukan sesuai standar keamanan dan kenyamanan anak balita. Suasana pelatihan berlangsung aktif dan penuh semangat.
Setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai, peserta mengikuti posttest untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan setelah pelatihan. Hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pengetahuan peserta dibandingkan saat pretest, menandakan bahwa pelatihan ini efektif dalam meningkatkan pemahaman kader terhadap manfaat dan teknik pijat batuk pilek pada balita.
Salah satu kader peserta pelatihan, Utami Indriyani (40), mengaku senang bisa mendapatkan pengetahuan baru yang bisa diterapkan dalam kegiatan posyandu. Tim pengabdian masyarakat berharap agar para kader kesehatan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama kegiatan pelatihan dalam setiap kegiatan posyandu maupun saat memberikan edukasi kepada para ibu balita di wilayah Tambakprogaten. Melalui kegiatan ini, diharapkan kader mampu menjadi agen perubahan yang aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanganan awal batuk pilek pada balita secara cepat, tepat, dan aman, terutama dengan memanfaatkan terapi non-farmakologis.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas kader dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar di tingkat keluarga, mendorong kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan anak, serta mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, khususnya dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak di wilayah Tambakprogaten secara berkelanjutan.
